Rabu, 25 April 2012

Aku, Penyakit dan Pernikahanku

                Adzan magrib berkumandang dan tetesan-tetesan air hujan menyapa dedaunan. Senja kini telah pergi namun saya masih terus menatap laptopku. Benda kesayangan yang tak pernah jenuh mendengar semua keluh kesahku, mendengar betapa galaunya saya ini. Yeahh, berhubung karena saya tinggal sendiri dan lebih memilih menghabiskan banyak waktu di rumahku ini. Berpikir mengenai  penyakit yang kini menjadi bagian dari perjalanan  hidupku. Meratapi hidupku yang hina. Rambutku pun kini mulai rontok sejak penyakit ini kini menjadi bagian di tubuhku. Ketika saya bangun dari tidurku yang kutemukan hanya puluhan helai rambutku yang rontok di bantal. Saya bahkan lelah untuk terus mengkomsumsi obat-obatan baik dari dokter maupun dari pengobatan herbal dengan janji manis yang saya tidak tahu benar atau tidaknya. Saya kadang menyerah atas penyakit ini. Namun, kadang saya layaknya wonderwoman yang sangat tegar dan kuat menghadapi penyakit ini. Jelas saja, saya harus meminum 22 butir obat yang berbeda di pagi dan malam hari. Belum lagi obat dokter vitamin itu dan vitamin ini. Saya Lelah!

                Hari ini, sepulang dari dari Unhas, kampus yang saya cinta. Saya memilih untuk ke rumah sakit bertemu orang berjas putih dan senyum terindahnya. Hari ini memang jadwal saya untuk konsultasi dan kontrol atas penyakit ini.  Ku sempatkan untuk melewati sebuah ruangan dan bercerita banyak dengan penghuninya walau sebenarnya saya harus mutar-mutar rumah sakit yang rempong ini. Ruangan ini terdiri atas enam orang pasien dan mereka memang punya penyakit yang sama dengan saya. Salah satu berasal dari Kupang. Rambutnya telah rontok semua, badannya kurus dan sebuah selang kecil di sampingnya yang terus menetes mengeluarkan darah. Namun, dia masih tetap tersenyum dan bahkan sesekali melucu agar pasien di ruangan itu bisa tertawa.  “Hati-hati nak, jaga makananmu. Sering-sering kesini nanti jadi penjaganya tante” katanya. Saya hanya bisa tersenyum, Ceritanya membunuh mimpi-mimpi yang selama ini telah kurangkai. Penyakit ini terus menghantui saya, menjadi mimpi buruk dalam kehidupan. Saya tidak ingin berlama-lama di ruangan ini, Saya takut ini membuat saya semakin putus asa. Saya lebih memilih bertemu dokter karena saya yakin dia punya solusi atas keputusasaan saya ini. “Halo” katanya sambil tersenyum manis. “Halo juga dok” kataku membalas sapaannya. “Kenapa?Bagaimana dengan penyakitmu?” katanya sambil membuka lembaran riwayat penyakit saya selama ini. “Baik dok, saya hanya ingin bertanya mengenai hasil pemeriksaan saya kemarin dan apa yang bisa terjadi di masa depan dengan penyakit ini?”. Yah, ancaman pengankatan kandungan. Di umur saya yang masih semuda ini, ancaman itu terlalu berat dan terlalu sulit. Hingga saya putuskan untuk mengakhiri semua rencana pernikahan saya yang harusnya berlangsung bulan 7 nanti. Merobek desain rumah yang telah saya rancang bersamanya dan membuang mimpi indah itu. Saya takut membuat kecewa atas semua penyakit ini. Saya lebih memilih untuk terus menghabiskan banyak waktu di kampus dan bermain dengan kamera DSLR peninggalan papa. Semoga ini keputusan terbaik. Kuat!Kuat!Kuat!

NB : Ini hanya tulisan curhatan sahabat kecilku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar